Saturday, February 14, 2015

[DRAMA] Momen Terindah


Pemeran:
Amelia Fildza Habibah sebagai Amel dan Penulis skenario.
Annisa Ghoniyyah sebagai Annisa dan Sutradara.
Asticha Yulia Agustin sebagai Asticha, Tim kreatif, dan Figuran.
Atia Aryuni Putri sebagai Atia, Tim kreatif, dan Figuran.
Ismiati Fajrin sebagai Make-up stylist dan Narator.
Melani Magdalena Hutabarat sebagai Melani, Make-up stylist, dan Figuran.
Pinky Nur Azizah sebagai Pinky, Penulis skenario, dan Figuran.
Ressha Aprina Yumaira sebagai Echa dan Tata busana.


Narasi: Berbeda. Itulah hal yang dirasakan Atia saat ini.
Sekarang sedang jam istirahat. Seperti biasa, Atia bersama teman-temannya pergi ke kantin. Sesampainya di sana, semua memesan Mie Ayam lalu mengeluarkan Ponsel masing-masing, tak terkecuali Atia.
Amel, Annisa, Atia, Melani, Pinky, dan Echa pun memesan Mie Ayam.
Pinky: “Ibu! Saya yang biasa. Kali ini pedasnya ditambah, ya!”
Pedagang: “Siap, neng!”
Echa: “Saya juga yang pedas, bu!”
Pinky: “(menengok ke arah Amel, Annisa, Atia, dan Melani) Kalian juga pedas?”
Amel: “Sambalnya sedikit saja.”
Annisa, Atia, &Melani: “Aku juga.”
Pinky: “Oh iya. Bu, saya minta nomor Ponselnya dong! Jadi nanti kalau saya malas ke sini, tinggal telepon deh! Boleh enggak?”
Amel: “Oh, kalau begitu, saya juga lah!”
Semua pun mengeluarkan Ponsel masing-masing.
Pedagang: “Sok atuh neng! Nih nomornya…”
Narasi: Atia terdiam. Ia merasa tidak percaya diri dengan Ponselnya. Semua memiliki Ponsel Android, sedangkan ia hanya Ponsel biasa. Ia pun mengurungkan niatnya.

Beberapa jam kemudian…
Kring…! Kring…! Kring…!
Bel tanda pelajaran usai telah berbunyi. Semua pun bergegas pulang.
Melani: “Pulang bareng, yuk!”
Semua kecuali Atia: “Ayo!!! (sambil mengacungkan tangan tanda bersemangat)”
Semua pun tertawa.
Annisa: “Loh? Atia, kamu kenapa? Kok murung?”
Atia: “(kaget) Eh? Enggak kok, enggak ada apa-apa.”
Echa: “Cius nih?”
Atia: “Cius.”
Amel: “Mi apah?”
Atia: “Mi…Mie Ayam!”
Pinky: “Oh, yang tadi kita makan!”
Annisa: “Betul!”
Amel: “Aduh, aku jadi lapar lagi nih!”
Semua pun kembali tertawa, lalu pulang.

Narasi: Sesampainya di rumah, Atia tampak semakin murung. Ia selalu teringat dengan kejadian tadi. Ia tidak berani mengeluarkan Ponselnya hanya karena malu Ponselnya bukan Android.
Atia terduduk lemas di kursi kamarnya. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Kalau meminta uang pada ayah dan ibu, pasti ditolak karena Ponselnya yang sekarang masih bagus.
Setelah berpikir panjang, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil uang dari celengannya.
Sedikit demi sedikit ia hitung uang hasil tabungannya. Ternyata telah terkumpul sebanyak Rp500.000,00.
Atia: “Alhamdulillah… Lumayan. Pasti ada Ponsel Android yang mencukupi harganya.”
Tiba-tiba… Kring…kring… Kring…kring…
Ponselnya berbunyi. Ternyata ada telepon dari Annisa.
Via telepon on…
Atia: “Halo, assalamu’alaikum Annisa?”
Annisa: “Wa’alaikumsallam. Atia, kamu ada waktu tidak sekarang?”
Atia: “Memangnya ada apa?”
Annisa: “Bagaimana kalau kita membuat Cupcake bersama?”
Atia: “(diam sejenak) Ah…aku… Annisa, maaf ya, aku enggak bisa ikut.”
Annisa: “Loh? Kenapa?”
Echa: “(menyela) Kamu tidak ikut, Atia? Nanti Cupcake-nya habis loh!”
Pinky: “Iya nih! Aku lapar sekali. Makanya, kalau kamu tidak datang, sayang sekali Cupcake-nya habis. Iya kan, ca?”
Echa: “Iya lah!”
Pinky dan Echa terdengar bertos-an.
Atia: “Loh? Echa? Pinky? Kalian cepat sekali sudah sampai.”
Pinky: “Oh, iya dong! Kita kita kan pake jurus, ya! Jurus apa tuh namanya? Lupa aku…”
Echa: “Sama, aku juga lupa.”
Annisa: “Teleportasi?”
Echa&Pinky: “Nah, itu maksud saya!”
Atia: “Kalian itu kalau tentang makanan, paling cepat deh! (tertawa)”
Tiba-tiba, terdengar suara Melani dan Asticha datang.
Asticha: “Assalamu’alaikum!”
Annisa, Pinky, &Echa: “Wa’alaikumsallam!”
Melani: “Annisa!”
Annisa: “Ya! Masuk!”
Echa: “Berikan Ponselmu.”
Annisa: “Hah? Tidak ah! (kembali berbicara ke Atia) Sudah ya Atia. Aku tunggu kamu untuk berubah pikiran. Cupcake-nya tidak akan menunggu kamu, maka dari itu jangan sampai kehabisan. Apalagi sama Echa dan Pinky.”
Terdengar Echa dan Pinky yang tertawa karena nama mereka disebut-sebut.
Atia: “Iya deh. Insyaallah aku ke sana.”
Annisa: “Baiklah. Assalamu’alaikum…”
Atia: “Wa’alaikumsallam.”
Via telepon off…
Atia: “(tertunduk lesu) Membuat Cupcake? Siapa yang akan menolak? (melihat ke arah Ponsel dan uang Rp500.000,00) Tapi aku sudah bertekad hari ini akan membeli Ponsel Android baru. Maaf ya teman-teman…”

Narasi: Setelah cukup lama berjalan, sampailah Atia di tempat counter Ponsel. Di sana tidak hanya menjual Ponsel, tapi pulsa, charger, baterei, dan segala perlengkapan Ponsel lainnya tersedia. Ia pun pergi ke counter yang pertama.
Atia: “Permisi.”
Pedagang: “Ya. Cari apa, Neng?”
Atia: “Saya cari Ponsel Android.”
Pedagang: “Oh…banyak kok! Ini. (sambil memperlihatkan jajaran Ponsel Android) Sok dipilih yang cocok untuk neng.”
Atia: “Yang paling murah harganya berapa, Bang?”
Pedagang: “Yang paling murah teh Rp800.000,00”
Atia: “Mahal sekali. Yang mana memangnya?”
Pedagang: “Nih, yang ini (sambil menunjukkan Ponselnya) Sok dilihat dulu. Seken tapi masih bagus kok.”
Atia: “Ah, saya enggak suka desainnya! Yang gambar Hello Kitty ini Rp500.000,00 bisa?”
Pedagang: “Waduh! Yang itu harganya lebih mahal lagi, neng! Rp1.000.000,00. Semurah-murahnya juga saya kasih Rp900.000,00.”
Atia: “Yah…ya sudah deh. Makasih ya , Bang.”
Pedagang: “Ya, sama-sama.”

Narasi: Setelah itu, ia pun mengunjungi counter yang berikutnya.
Tanpa ia sadari, Amel yang sedang terburu-buru pergi ke rumah Annisa melihat Atia yang sedang membeli Ponsel Android.
Amel: “Aduh…aku bisa telat nih! Maaf ya Annisa, tadi aku keasyikan main PS, jadi tidak mendengar bunyi telepon masuk. Haduh…!”
Atia: “Permisi.”
Amel: “(dari kejauhan) Eh? Itu kan suaranya Atia.”
Pedagang: “Cari apa, Mbak?”
Atia: “Saya cari Ponsel Android.”
Amel: “(mengintip dari kejauhan) Sedang apa dia di sana? (menaruh tangan kanan tepat di alis) Ah, aku harus mencari tahu! (sambil berlagak layaknya Detektif)”
Pedagang: “Ponsel Android? Ada. Ini, dilihat-lihat dulu. (sambil memperlihatkan jajaran ponsel Android)”
Atia: “Yang warna biru itu merknya apa?”
Pedagang: “Mito. Mbak tertarik dengan yang ini? (sambil menunjukkan Ponselnya)”
Atia: “Iya. Desainnya bagus, lumayan. Warnanya juga. Saya suka. Berapa harganya?”
Pedagang: “Harganya Rp700.000,00”
Atia: “Ya ampun, mahal sekali! Apa tidak bisa kurang?”
Pedagang: “Saya kasih Rp675.000,00 deh.”
Atia: “Apa tidak bisa jadi Rp500.000,00?”
Pedagang: “Maaf, Mbak. Harga yang Mbak tawarkan terlalu rendah. Rp675.000,00 itu sudah saya kurangi. Serendah-rendahnya saya kasih Rp650.000,00 deh.”
Atia: “Yah…ya sudah deh. Makasih, Mbak.”
Pedagang: “Ya, sama-sama.”
Amel: “Eh? Lah, dia pergi. (garuk-garuk kepala) Oh…jadi dia ingin membeli Ponsel baru yang Android. Pantas saja tadi dia murung. Kalau begitu, aku harus melaporkan hal ini pada teman-teman. Siap! (hormat)”
Tiba-tiba, Ondel-ondel datang sambil membawakan lagu Goyang Dumang.
(Lagu Goyang Dumang diputarkan)
Amel: “Eh, lagu Goyang Dumang. Darimana nih? (mencari asal suara) Huaaa!!! Mamaaa!!! (berteriak ketakutan sambil berlari ke rumah Annisa)”
Sesampainya di rumah Annisa…
Amel: “(masih dalam posisi berlari ketakutan) Hh…hh… Eh, rumahnya Annisa kelewatan! (mundur 3 langkah) Annisa! Assalamu’alaikum!”
Annisa, Echa, Pinky, &Asticha: “Wa’alaikumsallam!”
Annisa: “Amel? Ayo masuk!”
Echa: “Kok Amel mukanya ketakutan begitu?”
Melani: “Iya nih! Kamu kenapa sih?”
Amel: “Itu…aku…dikejar sama…sama…”
Asticha: “Sama apa?”
Amel: “(bernafas tersengal-sengal) Sama… Tunggu! Aku atur nafas dulu!”
Annisa: “Ya sudah, ya sudah. Atur dulu nafas kamu.”
Pinky: “Nih ikutin aku! (memperagakan) Tarik nafas sedalam-dalamnya…”
Amel: “(mengikuti)”
Pinky: “OK, tahan! Jangan dihembusin!”
Amel: “(menghembuskan nafas sambil menahan tawa)”
Echa: “Sue, kau!”
Melani: “Pinky, anak orang mati nanti!”
Annisa: “Iya tuh si Pinky.”
Pinky: “(tersenyum lebar sambil mengacungkan tanda peace)”
Amel: “Tadi aku dikejar Ondel-ondel, makanya aku lari ketakutan.”
Pinky: “Oh…dikejar Ondel-ondel.”
Mereka pun masuk.
Narasi: Di dalam, mereka pun memulai pembuatan Cupcake. Setelah selesai, mereka pun memakan Cupcake tersebut sambil mengobrol.
Amel: “Oh iya, tadi aku lihat Atia loh.”
Melani: “Atia? Di mana?”
Amel: “Di counter Ponsel.”
Melani: “Hah? Untuk apa dia ke counter Ponsel?”
Asticha: “Ya, namanya juga counter Ponsel, pasti ingin beli Ponsel baru.”
Melani: “Belum tentu. Bisa saja beli pulsa. Hayooo!”
Echa: “Lah? Dia kan menjual pulsa, jadi untuk apa dia beli pulsa di counter?”
Melani: “Oh iya, ya.”
Semua tertawa.
Amel: “Tadi aku lihat dia menawar harga untuk Ponsel Android.”
Echa: “Oh…jadi itu alasannya kenapa pulang sekolah tadi dia murung?”
Annisa: “Kasihan Atia…”
Melani: “Aku ada ide! Bagaimana kalau kita hadiahkan Atia sebuah Ponsel Android? Sebentar lagi hari ulang tahun dia kan?”
Semua: “Setuju!”
Asticha: “Kalau begitu, ayo kita kumpulkan uang kita masing-masing. Masih ada waktu sampai besok karena lusa adalah hari ulang tahunnya.”
Amel: “Baiklah. Besok kita kumpulkan uang kita, lalu kita pergi ke counter Ponsel.”
Echa: “Baik. Sepulang sekolah, ya?”
Semua: “OK!”

Narasi: Besoknya sepulang sekolah, mereka pun pergi ke counter Ponsel. Uang yang terkumpul sebanyak Rp800.000,00.
Sesampainya di counter pertama.
Pinky: “Permisi.”
Pedagang: “Cari apa?”
Pinky: “Saya cari Ponsel Android untuk hadiah teman.”
Pedagang: “Oh, begitu. Ada. Ini, dilihat-lihat dulu. (sambil memperlihatkan jajaran ponsel Android)”
Pinky: “Yang mana nih?”
Amel: “Wah, yang bentuk mobil itu bagus sekali.”
Annisa: “Wah, iya, ya! Bagus.”
Melani: “Hey, kalian ini kok justru sibuk sendiri sih?”
Amel&Annisa: “Oh iya. Maaf.”
Asticha: “Kita beli yang gambar Hello Kitty saja. Dia kan suka Hello Kitty.”
Pinky: “Lagipula, pilih yang GSM, jangan yang CDMA.”
Melani: “Kalau begitu, kita beli Ponsel … saja, lalu kita beli … yang bergambar Hello Kitty. Dia pasti senang.”
Echa: “Nah, cocok tuh!”
Pinky: “Baiklah. (beralih ke pedagang) Mbak, yang warna hitam ini berapa harganya?”
Pedagang: “Yang itu Rp1.200.000,00”
Amel: “Hah? Mahalnya…”
Pedagang: “Ini keluaran terbaru, jadi wajar kalau harganya Rp1.200.000,00”
Asticha: “Bisa kurang jadi Rp800.000,00?”
Pedagang: “Rp980.000,00”
Asticha: “Tidak bisa kurang lagi?”
Pedagang: “Maaf, itu sudah saya kasih yang semurah-murahnya.”
Echa: “Ayolah, Mbak. Kita kan anak sekolahan…”
Pedagang: “Tidak bisa, maaf.”
Pinky: “Yang harganya sekitar Rp600.000,00—Rp700.000,00 ada?”
Pedagang: “Ada. (sambil menunjukkan sederet Ponsel Android)”
Pinky: “Yang berwarna hitam saja, kan warna yang sudah umum.”
Amel: “Yang itu bagus juga. (beralih ke pedagang) Yang itu harganya berapa?”
Pedagang: “Rp700.000,00”
Asticha: “Bisa kurang tidak jadi Rp685.000,00?”
Pedagang: “Iya deh.”
Melani: “(menghadap ke pedagang) Kita beli cover flip-nya juga, ya. Yang bergambar Hello Kitty.”
Pedagang: “Iya. Ditunggu dulu, ya.”
Sesaat kemudian…
Annisa: “Alhamdulillah, akhirnya jadi deh beli hadiah untuk Atia. (tersenyum)”
Amel: “Iya nih. Bagus juga kok Ponselnya. (sambil melihat ke dalam kantung plastik)”
Annisa: “Ayo, kita bungkus dulu hadiahnya.”

Narasi: Esoknya, semua berencana untuk tidak mempedulikan Atia. Hari ini adalah hari ulang tahun Atia yang ke-16. Mereka ingin memberi kejutan yang paling berharga untuk Atia. Rencana dan hadiah sudah siap, sisanya hanya tinggal menjalankannya.
Atia: “Melani, kamu sudah menyelesaikan PR Matematika Wajib belum?”
Melani: “Tidak tahu. (sambil berlalu pergi)”
Atia: “Melani kenapa jadi sinis seperti ini sih?”
Melani: “(mengambil buku lalu pura-pura membaca)”
Echa: “Echa tidak bisa menahan tawa deh! Serius! (tertawa terbahak-bahak)”
Asticha: “Sabar, Echa… Jangan tertawa terlalu lebar. (sambil memegang pundak Echa)”
Echa: “(berusaha menahan tawa)”
Pinky&Amel: “(bingung)”
Amel: “Ya ampun. Padahal kita biasa saja, ya. Kenapa Echa sampai tertawa seperti itu? (menggelengkan kepala)”
Atia: “(duduk di samping Echa) Sedang membicarakan apa sih? Kelihatannya seru sekali.”
Echa, Asticha, Pinky, &Amel: “(diam, lalu melanjutkan kembali tertawa tanpa mempedulikan Atia)”
Annisa: “(masuk ke kelas)”
Amel: “Eh, Annisa sudah datang? Sudah mengerjakan PR Matematika Wajib belum?”
Annisa: “Sudah kok.”
Atia: “Eh, aku belum mengerjakan PR Matematika Wajib nih. Aku tidak mengerti. Tolong bantu aku dong.”
Semua: “(pura-pura tidak mendengarkan Atia)”
Atia: “(menghembuskan nafas) Kalian itu kenapa sih?! Aku tanya, tidak ada yang menjawab! Melani juga! Sama saja! Kalian marah denganku?! Kalian ada masalah denganku?! Kenapa tidak kalian bicarakan langsung denganku sih?!”
Pinky: “Siapa yang marah denganmu? (berwajah pura-pura sinis)”
Narasi: Seperti itulah rencana pertama mereka, yaitu tidak mempedulikan Atia hingga membuatnya kesal. Rencana pertama sukses. Tersisa rencana yang ke-2, yaitu memberikan kejutan berupa hadiah dan…rahasia! Kalau diberi tahu sekarang, itu namanya bukan kejutan lagi.
Akhirnya, tiba saatnya pulang sekolah. Hadiah dan kejutan lainnya siap. Mereka pun menunggu Atia di depan gerbang sekolah, sedangkan Melani menghampiri Atia.
Atia: “(hendak berjalan ke parkiran)”
Melani: “Atia! (sambil menghampiri Atia)”
Atia: “(menengok, lalu membuang muka) Ada apa? Bukankah kita sedang bermusuhan?”
Melani: “Kamu dipanggil tuh oleh Pak Harto di depan gerbang.”
Atia: “Hah? Pak Harto? Untuk apa?”
Melani: “Mana aku tahu. Pokoknya, ini penting! (berlalu pergi)”
Atia: “(memandang Melani dengan heran) Apa-apaan dia? Setelah itu langsung pergi… Ya sudah deh. (pergi untuk menemui Pak Harto)”

Melani: “(mempercepat langkah) Sudah siap belum? Cepat! Atia sedang menuju kemari! (panik)”
Annisa: “Wajahmu tegang sekali… Santai saja, Melani.”
Melani: “(menarik nafas lalu menghembuskannya)”
Atia: “(muncul) Mana Pak Harto? Wah, jangan-jangan Melani mengerjaiku nih! (hendak kembali ke parkiran)”
Semua: “KEJUTAN!!! (sambil menyodorkan hadiah)”
Atia: “(kaget) Astagfirullah, kaget aku!”
Semua: “(menyanyikan lagu ‘Selamat Ulang Tahun’ dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Korea)”
Atia: “Ini hadiah untukku?”
Semua: “(mengangguk)”
Asticha: “Selamat ulang tahun Atia. Semoga kamu panjang umur dan sehat selalu.”
Annisa: “Selamat ulang tahun Atia. Semoga kamu tidak jahil lagi deh.”
Echa: “Selamat ulang tahun, ya. Semoga kamu makin pintar.”
Amel: “Atia, selamat ulang tahun, ya. Semoga kamu makin langsing deh. Jangan lupa pajak ultahnya, ya. Hehe.”
Pinky: “Atia, selamat ulang tahun. Semoga cita-citamu tercapai. Amin.”
Melani: “Selamat ulang tahun. Semoga persahabatan kita akan berlangsung selamanya.”
Atia: “(berusaha menahan tangis) Terima kasih banyak teman-teman. Aku tidak akan pernah melupakannya.”
Semua: “(berpelukan)”
BERSAMBUNG
(Lagu ‘Super7-Best Friend Forever’ diputarkan.)
Semua: “(berpegangan tangan sambil menyanyikan lagunya bersama)”
Narasi: Seperti itulah persahabatan Atia bersama kawan-kawannya. Mereka selalu mengisi kekosongan yang ada dan selalu perhatian satu sama lain. Senang maupun sedih susah maupun tidak mereka lalui bersama. Persahabatan mereka tidak akan berakhir, seperti lagu yang terlantun, “Aku dan kamu satu. Best friend forever.”
SELESAI

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...