Cast:
Anna Mariana as Anna
Hasyita Marisa as Keke
Kevin Gamalaka Sitopang as Kevin
Gomasara Renziaka (dulu)/Gomalaka Arya Widyatama (sekarang) as Goma
Arya Prasacha Putra as Acha
Cameo:
Ayahnya Anna
Om Steve
Penjaga Kasir di Supermarket
Anna Mariana as Anna
Hasyita Marisa as Keke
Kevin Gamalaka Sitopang as Kevin
Gomasara Renziaka (dulu)/Gomalaka Arya Widyatama (sekarang) as Goma
Arya Prasacha Putra as Acha
Cameo:
Ayahnya Anna
Om Steve
Penjaga Kasir di Supermarket
Malam
ini, keluargaku akan menghadiri sebuah pesta ulang tahun pernikahan teman ayah.
Aku memanggil mereka “Om Steve” dan
“Tante Resya”.
“Di mana pestanya akan berlangsung, yah?” tanyaku pada
ayah,
“Di gedung Acarya, di samping Rumah Sakit Kebanggaan”
“Boleh kah aku tidak usah ikut? Aku lebih baik bermain
bersama tim detektifku daripada harus ikut...”
“Hh...baik lah, kalau begitu, ajak saja tim
detektif-detektifanmu itu”
“Benar kah aku boleh mengajak mereka?”
“Terserah kau saja.” Aku pun melonjak kegirangan. Aku
bergegas bergabung dengan timku yang sudah berkumpul di rumah Keke.
Di rumah Keke...
“Halo
detektif! Sudah lama menunggu nih?” sapaku sambil tos tinju pada mereka semua,
“Kau darimana saja Anna? Kami sudah menunggumu sejak 20
menit yang lalu” tanya Kevin si kurus,
“Kalian tahu tidak? Ayahku membolehkanku untuk mengajak
kalian datang ke pesta ulang tahun pernikahan Om Steve! Yeay!!!”
Semua langsung bersorak riuh kecuali Acha. “Acara yang
mana? Kamu tidak pernah menceritakannya pada kami” responsnya plus dengan tampang
cengonya,
“Aduh...Acha! Masa kamu lupa? Anna kan sudah menceritakan
pada kita dua hari yang lalu” jelas Keke,
“Dua hari yang lalu? Pantas aku lupa... Baiklah, kalau
begitu aku akan ikut.”
Malam harinya...
“Ayah,
kami akan berkeliling di luar gedung dulu ya sambil menunggu acara dimulai”
pintaku pada ayah,
“Baiklah. Tapi sebaiknya kalian jangan membuat keonaran”
“Iya pamaaann” jawab kami serempak, dan kami pun berjalan
menjelajahi luar gedung.
“Kalian
tahu tidak? Kudengar, dulunya Om Steve suka
main perempuan.
Haha” kataku membuka pembicaraan,
“Yang benar?” tanya Goma si gendut,
“Iya. Makanya aku ragu apakah pesta ini akan berjalan
lancar”
“Kurasa pesta ini tetap akan berjalan dengan lancar”
sambung Kevin, “dilihat dari Polisi yang menjaga gedung ini dan juga karena ini
merupakan pesta kesembilan sejak pernikahan mereka. Kalau memang perempuan yang
dendam pada Om Steve dan Tante Resya ingin balas dendam, harusnya sudah dilakukan sejak dulu”
“Ya. Itu ada benarnya juga” balas Keke, “tapi itu tidak
menutup kemungkinan akan adanya aksi pembunuhan dalam pesta ini”
“Kalau menurut kalian, jika benar akan ada aksi pembunuhan, kira-kira siapa yang
akan terbunuh?” tanyaku,
“Tante Resya” jawab Keke, Goma, dan Kevin bersamaan,
“Kalau aku lebih berpikir bahwa Om Steve yang akan terbunuh”
“Apa?” tanya Acha seperti biasa,
“Acha! Jadi sedari tadi apa yang kau lakukan jika tidak
mendengarkan percakapan kami?!” balas Keke,
“Berjalan bersama kalian”
“Ah! Sudahlah”
“Aku lapar... Bagaimana kalau kita membeli beberapa makanan
ringan di Supermarket terdekat?” ucap Goma, “Ayolah...aku lapar...” Dengan terpaksa, kami pun masuk ke
sebuah Supermarket yang tidak jauh dari gedung Acarya.
“Hey
semua! Lihat! Bukankah itu Om Steve?”
bisik Goma,
“Iya. Apa yang sedang dia lakukan di sini?” jawabku.
“Halo Om Steve!”
sapaku ramah. Ia terlihat kaget. “Ah, kau Anna. Ternyata kau jadi juga datang
ke pesta om? Om kira kau tidak akan datang.” balasnya sambil tersenyum, “Mengingat penjelasan ayahmu tadi...dia bilang kau tidak
mau ikut. Apakah ini teman-temanmu?”
“Ya. Perkenalkan, Goma, Keke, Kevin, dan Acha”
“Halo om Steve...” sapa mereka ramah,
“Halo juga--Siapa namamu?” tanyanya sambil menunjuk Acha,
“Saya? Nama saya Acha”
“Acha? Nama yang aneh bagi seorang anak laki-laki”
“Sebenarnya nama saya Arya Prasacha Putra, tapi saya
singkat menjadi Acha”
“Ngomong-ngomong, apa yang om lakukan di sini? Bukankah
sebentar lagi acara akan segera dimulai? Om tidak segera bersiap-siap?” tanyaku
secara membabi buta, “Mungkin Tante Resya cemas menunggu”
“Ya. Kau benar. Baiklah, om akan kembali. Sampai jumpa!”
“Apa yang om beli?” tanya Keke,
“Ini? Bukan sesuatu yang penting...” Ia berlari menjauhi
kami.
“Aneh sekali...” respons Kevin. “Maaf, tapi bolehkah saya
menanyakan suatu hal? Apa yang paman tadi beli?” tanyanya pada penjaga Kasir,
“Paman yang tadi berbicara dengan kalian? Dia hanya
membeli banyak Jeli berwarna putih”
“Jeli berwarna putih?” tanya kami serempak,
“Iya. Memangnya kenapa?”
“Tidak. Terima kasih.” jawab Kevin, “Ayo detektif, kita selesaikan misteri kali ini” bisiknya pada kami,
“Baik! Kalau sedang menghadapi kasus, laparku langsung
hilang!” sambung Goma.
Kami
kembali ke gedung, tapi alangkah terkejutnya kami saat banyak Polisi yang
mengerumuni gedung. “Permisi! Permisi! Kami mau lewat”
“Ada apa ini?” tanya Kevin, “Kenapa para Polisi ini tidak menjaga di luar gedung dan
malah masuk ke dalam?” tanyanya pada orang-orang di sekitar,
“Istri Pak Steve
terbunuh di dalam ruangan!”
“Apa?!” sahut kami serempak. Kami langsung menerobos
masuk.
“Istriku...istriku...”
Terlihat Om Steve yang
terisak di samping mayat istrinya. Kami tercengang melihatnya.
Beberapa
menit kemudian, Ambulance datang membawa jenazah Tante Resya. Kami memulai menyelidiki sekeliling gedung.
“Bagaimana? Sudah dapat sesuatu yang mencurigakan?” tanya Kevin.
Aku berdeham, “Aku dapat kesimpulan dari kasus ini.
Pertama, tidak adanya Polisi yang menjaga di dalam gedung. Kedua, Om Steve yang kita temui di Supermarket beberapa menit
lalu. Ketiga, kenapa harus Om Steve yang
pertama kali menemukan mayat Tante Resya? Itu
semua aneh bukan?” jelasku,
“Ya. Itu semua memang terasa janggal!” ucap Acha. Kali ini
dengan semangat berapi-api.
“Untuk apa om Steve
membeli banyak Jeli di Supermarket tadi? Memangnya, di sini ada hidangan Jeli?”
Suasana hening antara kami berlima. Semua saling berpikir
untuk menemukan pemecahan dari masalah kali ini. Tiba-tiba, semua sontak kaget dan menengok ke arah meja dengan mangkuk besar berisi air putih di dalamnya, “Hey,
jangan-jangan...”
Kami berlari menuju meja tersebut. Kevin mencelupkan
telunjuknya ke dalam mangkuk tersebut dan tersenyum penuh kemenangan, “Seperti
dugaan kita. Ini bukanlah air putih, melainkan Jeli yang masih belum sepenuhnya
jadi. Ini masing encer, tapi cocok untuk menutupi trik yang tersembunyi di bawahnya.”
Goma mengangkat mangkuk tersebut. Darah! Goma meletakkan
kembali mangkuk besar tersebut.
“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya om Steve yang
muncul tiba-tiba bersama ayah,
“Justru kami yang seharusnya bertanya, kenapa om membunuh
tante Resya?” tanya Kevin. Keke mengangguk tanda mengiyakan dengan semangat,
“Kevin! Sudah paman bilang jangan membuat keonaran!” omel
ayah,
“Diam ayah!”
“Tadi, kami melihat om di Supermarket. Setelah kami
tanyakan pada penjaga kasir ternyata om membeli banyak Jeli berwarna putih.
Awalnya kami tidak terlalu memikirkannya, tapi ternyata trik yang om pakai
cukup keren...” jelas Kevin lagi,
“Haha! Apa buktinya kalau om pembunuhnya?”
“Ada. Di taplak meja itu” jawab Kevin sambil menunjuk
meja yang baru saja mereka periksa,
“Loh? Itu kan hanya meja dengan mangkuk besar berisi air
putih di dalamnya. Memangnya ada yang salah?”
“Goma, angkat mangkuk tersebut!” perintah Acha. Goma
mengangkatnya.
“Lihat! Di sana ada bercak darah. Mungkin jika ditest
DNA, semuanya akan jelas” jelas Acha.
“Om sengaja tidak menaruh Polisi di dalam gedung agar om
bisa membunuh Tante Resya. Om membeli banyak Jeli berwarna putih agar om bisa menyamarkan taplak meja yang
kemungkinan terkena darah Tante Resya,
dengan cara menaruh mangkuk besar berisi Jeli yang masih encer itu di atas
taplak meja yang terkena darah. Om sengaja membiarkan Jeli itu mencair...eh
salah. Om sengaja membuat Jeli itu beberapa waktu sebelum membunuh Tante Resya agar Jeli itu tidak memadat. Apapun yang
berada di bawah Jeli pasti akan tertutupi. Kalau memang om yang pertama kali menemukan Tante Resya, itu akan semakin menguatkan bukti bahwa om
lah yang membunuh Tante Resya. Apa semua itu masih ada yang kurang?”
“Haha! Analisismu cerdik untuk anak seusiamu,
tapi itu hanya analisis seorang anak kecil. Untuk apa om membunuh istri yang sangat om sayangi? Bisa saja ada pencuri
yang akan mencuri perhiasan Resya dan akhirnya secara membabi buta membunuhnya”
“Tapi itu tidak menyatakan bahwa pencuri tersebut
mempunyai waktu untuk memakai trik dengan memakai Jeli seperti itu” sambung
Acha,
“Bisa saja ia telah menyiapkannya sebelum membunuh”
“Masih mau menyela, om? Bagaimana kalau kita selidiki
sidik jari yang tertempel di taplak dan juga mangkuknya?--Ayah, bisa tolong
panggilkan salah satu Polisi untuk datang ke sini?”
“Tidak perlu” ucap Om Steve, “Buang-buang
waktu saja! Benar-benar kesalahanku sampai harus bertemu dengan kalian! Iya,
memang benar, aku lah yang membunuh orang yang kalian panggil “tante Resya”
tersebut”.
Ayah tercengang dengan pengakuan temannya.
“Ternyata aku salah menilai kalian sebagai anak-anak
biasa, ternyata kalian berhasil membongkar trik yang kupakai. Huh! Tapi, asal
kalian tahu, aku tidak lah bersalah dalam pembunuhan ini, karena aku
membunuhnya untuk membalas dendam! Ia berselingkuh dan membawa pulang laki-laki
brengsek tersebut. Awalnya, aku ingin agar langsung membunuhnya, tapi jika
dipikirkan, lebih baik dilakukan lambat laun asalkan aku tidak ikut terlibat.
Aku kaget saat melihatnya, benar-benar kaget dan terpukul!”
Kami tercengang mendengarnya.
“Pengalaman
baru untuk kita datang kembali detektif” ucap Goma setelah melihat kepergian Om Steve yang
pergi ke kantor Polisi dengan
borgol,
“Iya. Eh, bagaimana kalau kita namakan tim kita ini 5D?
Keren bukan?” usulku,
“Hah? 5D? Apaan tuh?” tanya Acha, masih dengan tampang
cengonya,
“5D itu 5 Detectives. Bagaimana?”
“Lumayan, aku suka” balas Kevin,
“By the way Kevin, ada satu hal yang mengganjal di
benakku sedari tadi. Untuk apa kamu menjelaskan sesuatu hal yang sebenarnya tak
perlu lagi dijelaskan? Seperti yang Anna katakan tadi, periksa saja sidik
jarinya.
Sudah, selesai. Tapi kenapa kau malah memperpanjang
penjelasan?” tanya Keke,
“Hehe, kan supaya terkesan keren seperti detektif yang
biasanya...” jawabnya dengan senyum yang terkembang lebar,
“Aih?! Dasar kau ini!” respons Goma.
“Who we are?” tanya Kevin terlebih dahulu. Kami semua tersenyum lebar seraya berkata,
“We are…we are, we are…5D! 5 Detectives…yeah!” teriak kami sambil membentuk formasi. Ayah tersenyum ke arah kami. Aku hanya tersenyum sambil mengedipkan
sebelah mata.
THE END
No comments:
Post a Comment