“Apa sih lu?
Nyerocos wae!”
“Waduh! Pinky
jadi sensitif loh jadinya” sembur Acong tiba-tiba.
“Apaan?” kata
Hafiiz saat sudah tiba di depan.
Aku tidak berani
menatap matanya, maka kupalingkan wajahku ke tembok.
“Lu dipanggil
Mr. Hakim tuh”
“Lah? Gimana gua
mau ngomong? Gua kan ga ngerti Bahasa Inggris!”
“Kev, bantuin!”
seruku pada Kevin tiba-tiba,
“Lah? Kok gua
sih? Kan lu yang lebih jago”
“Udah…siapa aja
yang penting ngebantuin kan? Kesian anak baru coy…”
“Ih! Kenapa ga
lu aja sih? Lu kan lebih akrab sama dia”
Aku menghembuskan
nafas berat. “Ya udah deh, gua ngalah. Awas lu ya, tunggu pembalasan gua!”
ancamku pada Kevin.
Ia hanya
cekikikan.
“Sir,” panggilku
pada Mr. Hakim yang sedang asyik mengobrol dengan Melani, “He is the new
student”
“Hello! What is
your name?” sapa Mr. Hakim,
“Nama, Haf”
bisikku pada Hafiiz,
“Oh iya”
jawabnya, “My name is Hafiiz”
“What?”
“Hafiiz” ucapnya
sekali lagi. Kali ini dengan sedikit penekanan.
“Haefees
(pengucapan Bahasa Inggris)”
“No, Sir.
Ha-fiiz” sambungku mencoba membantu Mr. Hakim
“Ha?”
“Ha-fiiz!”
kataku dan Kevin hampir bersamaan
“OK. Haefees”
ucap Mr. Hakim pasrah, “Your name is difficult”
“Really, Sir? I
think the Chinese name is more difficult. For example is Xia Zhi Lan”
“Oh! That was
more difficult! Haha” responsnya yang diakhiri dengan tawanya beserta tawaku.
“Udah, Haf. Lu
boleh duduk lagi” kataku pada Hafiiz sambil menyunggingkan sedikit senyum. Saat
aku melihat matanya, spontan aku kembali duduk. Wajahku memerah!
“Dih? Pinky
wajahnya merah! Cie…” goda Kevin.
Aku diam tidak
menjawab perkataan Kevin.
“Alif…”
Seperti biasa,
curhat ke Alif…
“Apa?”
“Gua lagi mimpi,
ya? Lu semua tuh ga nyata, ya?”
“Ga, lu lagi ga
mimpi kok. Nih ya, gua cubit.”
Langsung ia
mencubit punggung tanganku.
“Aduh! Sakit
tauk!”
“Kan bener bukan
mimpi…”
“Terus gimana
dong?”
“Iya, gua tau.
Hafiiz kan?”
“Ini mimpi
buruk, lif!” pekikku tiba-tiba, “Gua bisa ga konsen belajar kalo gini caranya!”
“Santai aja… Lu
mah terlalu dibawa serius. Anggap aja dia ga ada”
“Gimana mau gua
anggap ga ada? Mukanya jelas keliatan banget gitu loh, ya. Kecuali kalo dia
hantu, ya OK lah, kan bisa menghilang”
Alif melihat ke
arah Hafiiz.
“Ih! Jangan
ngeliat ke arah sana napa!”
“Oh, ya udah, ya
udah. Maaf”
Aku
menghembuskan nafas berat, “As my best friend…could you help me, please?”
pintaku dengan sangat memohon,
“What?”
“How can I
forget him! Argh, it’s been more difficult here! Nooo!!!”
TO BE CONTINUED
No comments:
Post a Comment