“Pinky, ngapain
lu di sini?” tanya Teguh. Ternyata dia diam-diam menyusulku.
“Lu tanya
“kenapa?”? Dafuq lu!” kataku sedikit membentak, “Ya, gara-gara lu tadi lah! Lu
lagian bikin cerita yang nonsense banget sih. Bangke lu emang guh.” kataku
sekali lagi sambil menunjuk ke arahnya.
Teguh mundur
selangkah saat aku menatapnya dengan tatapan tajamku.
“Nanti kalo
ketauan gimana? Kalo ketauan sama pembaca Blog gua yang lain gimana?”
“Oh iya, ya…”
gumamnya pelan,
“Lu ga mikir dulu
sih! Kalo ternyata orang yang hampir lu sebut namanya itu tadi buka Blog gua
terus baca nama dia yang terpampang di cerita Hafiiz gua, gimana?”
“Ya, maaf. Gua
pikir bisa gitu nambah-nambah cerita di Blog lu, Pink. Emang sih gua bikinnya
ngasal.” balasnya sambil tertawa lebar.
Aku hanya
tersenyum sinis sambil menggelengkan kepala.
Kupikir, dia
sedang tidak mengikutiku tadi. Karena tujuanku dengannya berbeda. Aku ke
Perpustakaan sedangkan dia ke Kantin.
Di Perpustakaan…
Aku merebahkan seluruh tubuhku dengan
kedua tangan sebagai tumpuan. Rasanya lega sekali! Seperti semua bebanku
lenyap.
Tak berapa lama
setelah aku merebahkan diri, aku pun memejamkan mata. Suasana yang sangat sunyi
di Perpustakaan sungguh menenangkanku. Di ketenangan mata yang dipejamkan, aku
kembali teringat pada Teguh. Spontan aku membuka mata dan memukul lantai dengan
tangan kananku. Tidak peduli kalau keseimbanganku akan hilang.
Aku berusaha
menahan amarah. Semua kejadian-kejadian tidak mengenakan mulai terlintas di
benakku satu demi satu. Nafasku pun makin tersengal-sengal seperti orang yang
baru saja mengikuti lomba maraton.
Beberapa menit
kemudian…
“Eh? Kevin? Ngapain lu di sini?”
tanyaku.
Kevin mendadak
sedang duduk di tangga depan Perpustakaan.
“Gua lagi
nungguin Bima sama Raka.” jawabnya.
“Hah? Terus,
ngapain lu duduk di sini?”
“Lagi pengen aja
duduk di sini.”
“Oh, gitu.”
“Kevin, ayo.”
panggil Bima tiba-tiba. Terlihat Raka yang berdiri di sampingnya.
Aku diam
memandangi mereka.
“Udah?” tanya
Kevin.
“Udah.”
“Lu ngapain di
sini Pink?”
Aku terlonjak
kaget.
“Oh lu lif. Gua
kira siapa. Ga kok, gua ga abis ngapa-ngapain.”
“Oh. Ya udah,
gua mau ke Koperasi bentar, ya. Lu mau ikut ga?”
“Eh? Ikut!”
Dan pada
akhirnya aku pun mengikutinya.
Di Koperasi…
“Eh, ada Amel.” kata Alif.
“Alif! Pinky!”
balasnya sambil melambaikan tangan.
Aku pun ikut
melambaikan tangan.
Sementara Alif
sibuk dengan urusanya, begitu pula dengan Amel, aku pun membeli 1 cup Teh Gelas
sambil menunggu mereka selesai.
Melihat
sekeliling membuatku ingat akan kenangan saat pertama kali memasuki sekolah
ini.
Ah, aku jadi
tidak sabar untuk segera melaksanakan demonstrasi esktrakurikuler! batinku
antusias.
“Pink, ayo!”
panggil Alif.
HAFIIZ:
SPESIAL TRIO TOKEK
Minggu, 16 April
2017
PINKY…
To: Amel FH;Alif
From: Pinky
Oi cuy! Besok yg
pada semangat, ya! ^^
Messages sent!
From: Amel FH
To: Pinky
Siap pinky !
From: Alif
To: Pinky
Iya iya. Yaelah,
lu udah mw UN tapi masih bisa smsan.
To: Alif
From: Pinky
Oh iya dong, kan
demi Trio Tokek. Hehe.
Udah ya, gua mau
belajar.
Messange sent!
AMEL…
Senin, 17 April
2017
Hari ini hari pertama UN dilaksanakan.
Gugup pun tak luput dari diriku. Seperti biasa, akulah orang pertama yang
sampai.
Kubuka buku
catatan Bahasa Indonesiaku, sampai tak berapa lama kemudian kudengar suara
langkah kaki menuju ruang sebelah.
Langsung kubawa
bukuku dan lari ke luar menghampiri.
“Pinky!”
panggilku.
Ia menengok,
“Amel!” balasnya. Ada sedikit pekikan antara kami berdua.
“Gimana? Pinky
udah siap?”
“Alhamdulillah.
Sisanya tinggal belajar lagi dan berserah diri sama Allah. Kalo kamu gimana?”
“Ini,” jawabku
sambil menunjukkan buku tulis Bahasa Indonesia, “lagi belajar.”
“Bagus! Bagus!”
balasnya sambil mengacungkan kedua ibu jari tangannya. “Ya udah, aku masuk
kelas dulu, ya.”
“Iya.”
ALIF…
Selasa, 18 April
2017
Aku datang lebih pagi agar dapat
belajar lagi sebelum ujian. Hari ini adalah hari UN Bahasa Inggris dan Fisika.
Seperti halnya kemarin, aku ingin meraih hasil yang maksimal untuk pelajaran
Matematika dan Fisika.
Saat hendak memasuki kelas, kudapati
Erik berada di depan pintu. Tanpa memedulikannya, kulewati dia tanpa berkata apapun.
Kuletakkan tasku
dan kulepas jaketku. Lalu, kukeluarkan buku catatan Bahasa Inggrisku.
Bahasa Inggris…
Pinky. Aku jadi teringat padanya.
Tak sengaja
kusunggingkan sedikit senyumku. Dia pernah bilang kalau ia sangat terobsesi
dengan Bahasa Inggris.
Dan bahkan
sekarang pun aku teringat dengan Trio Tokek.
Kufokuskan
kembali pikiranku pada buku catatan yang sedari tadi tak kunjung kubuka.
“Ateng!”
Aku menengok.
Ternyata Amel dan Pinky.
“Semangat, ya!”
kata Amel sambil tersenyum lebar.
Aku hanya
mengangguk sambil ikut tersenyum lebar.
“Pinky, entar
kalo gua calling jangan di-reject, ya.” ucapku. Entah mengapa kalimat itu
tiba-tiba terlintas di benakku.
Pinky tertawa
terbahak-bahak setelah sebelumnya terdiam sejenak.
Ia memasuki
ruanganku.
Maklum, aku ada di
ruang 02, sedangkan Amel di ruang 03, dan Pinky di ruang 04.
“Lu ga sakit
kan?” tanyanya sambil menatapku heran. Di tangannya terdapat buku Bahasa
Inggris yang tidak ingin kuketahui isinya.
Amel mengikuti.
“Ga kok.”
“Tumben amat lu
bilang kayak gitu ke gua. Biasanya kan gua yang bilang kayak gitu.
“Ateng belajar?”
tanya Amel.
“Iya nih lagi
belajar.” jawabku santai.
“Iya, tau dahh
yang anak MIA 1 mah…” celetuk Pinky.
“Gua anak
bokap-nyokap gua.”
“Ya…iyalah,
whatever!”
Amel tertawa
singkat.
AMEL…
Rabu, 19 April
2017
Hari ini adalah hari terakhir UN.
Mata pelajaran yang diujikan adalah Kimia dan Biologi. Ah, aku jadi teringat
kata-katanya Alif kemarin.
“Eh, tanggal lahirnya Amel 19, ya? Berarti cuman beda
satu angka dong sama gua?”
Aku tahu, mereka
pasti ingin mengerjaiku. Haha.
Jam istirahat…
Alif dan Pinky terlihat sedang
mengobrol. Karena kurasa perbincangannya seru, maka aku pun menghampiri mereka.
“Lagi ngomongin
apa sih?” tanyaku mendadak.
“Ga…ini loh, aku
lagi nanya ke Alif dia mau kuliah ke mana abis ini.”
“Oh… Terus, Alif
mau ke mana?”
“Tauk tuh!
Katanya nanti dikabarin kalo udah masuk.” jawab Pinky.
“Kalo lu mau ke
mana, mel?” tanya Alif.
“Rahasia lah…”
“Ah, lu bedua
pada maennya rahasiaan nih! Ga seru. Gua aja udah ngasih tau kok kalo mau ke MMTC
Yogya.” omel Pinky.
Aku dan Alif
hanya tertawa kecil.
Ah, mungkin
mereka sedang pura-pura tidak ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunku.
PINKY…
Jam pulang
sekolah…
“Alhamdulillah! Akhirnya UNnya kelar
juga!” teriakku sambil meregangkan tubuh.
“Eh? Si Alif
mana, ya? Entar keburu si Amel pulang, pula!”
“Woy!”
“Mati lu!
Astagfirullah aladzhim!” sontakku kaget, “Alif!” omelku.
Ia hanya
tertawa, dan tawa itu cukup menyebalkan.
“Ya udah yuk!
Entar Amel keburu dateng. Eh, BTW, lu tuh udah keluar dari tadi, ya?”
“Iya lah.”
7 tahun
kemudian…
Jumat, 29
November 2024
“Pinky!!!” panggil Amel.
“Amel!!!”
Kami berdua pun
saling berpelukan.
“Ya ampun, mel!
Kamu makin tinggi aja sekarang!”
“Kamu juga udah
banyak berubah! Kamu ganti gaya rambut, ya?” tanyanya.
“Iya dong… Kan
2024. Masa gaya rambutku masih sama kayak 7 tahun yang lalu? Cocok ga?”
“Cocok kok! Kamu
pinter milih gaya rambut!”
Sementara kami
saling senyum, ada seseorang berdiri di belakang Amel. Laki-laki.
“Mel!” ucapku
tiba-tiba.
Tanganku memang
memegang tangannya Amel, tapi pandanganku tetap tertuju pada laki-laki
tersebut.
Amel menengok ke
belakang. Ia mengernyitkan dahi.
“Aku ga salah
liat kan mel?” tanyaku sambil mengerjap sekali.
“Alif, ya?”
tanya Amel setelah selesai menganalisisnya.
Ia tersenyum
lebar. “Kok Amel tau?” tanya Alif pada Amel.
Spontan aku dan
Amel sama-sama membelalakkan mata.
“Alif?!” tanya
kami hampir bersamaan.
“Lu seriusan
Alif?!” tanyaku.
“Ateng?!” tanya
Amel.
“Iya, gua Alif.”
“Gua ga percaya!
Coba. Nama gua siapa?” tanyaku pada Alif.
“Pinky.”
“Nama panjang.”
“Pinky Nur
Azizah.”
“Kalo dia?”
“Amelia Fildza
Habibah.”
“Lu seriusan
Alif!” sorakku yang diikuti sorakkan Amel.
“Kenapa? Gua
tambah ganteng, ya?”
“Iya.” jawabku.
“Lebih dari
ganteng.” jawab Amel.
Beberapa menit kemudian, kami telah
berkeliling pantai sampai perut sudah hampir sakit rasanya karena tawa yang
terbahak-bahak. Amel yang paling antusias. Ia selalu berada di depan, sudah
berlari duluan. Alif biasanya di belakang karena jalannya paling santai.
Sedangkan aku ya rata-rata. Itu karena aku membawa Kamera SLR, jadi saat
memotret posisiku bisa di mana saja.
Banyak foto yang kuambil. Ada foto
Amel yang terbahak-bahak sambil berlari, Amel dan Alif berdua, Alif yang
mencipratkan air dengan kakinya, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kami juga
ber-groovie ria, memakai ponselnya Amel dan ponselku.
Tiba saatnya matahari terbenam. Kami
duduk bersama dengan posisi aku di kiri, Amel di tengah, dan Alif di kanan.
(Lagu Rekomendasi: TVXQ!-Before U Go)
Sambil
memandanginya, kami pun memulai obrolan santai.
“Lu berdua pada
kerja jadi apaan?” tanyaku membuka pembicaraan.
“Aku guru Seni
Budaya,” jawab Amel, “tapi juga merangkap jadi Pengusaha Butik Muslim sih.”
“Kalo gua sih
Direktur Operasional Bank.”
“Kalo Pinky?”
tanya Amel padaku.
“Ya, tau lah.
Multimedia Designer,” jawabku, “tapi juga merangkap sebagai Blogger, Fotografer
Lepas, sama Guru Privat Bahasa Inggris Online.”
“Ya ampun, Pink.
Lu ngambil kerja sampingan banyak banget, coba.” respon Alif.
“Oh, iya dong.
Soalnya gua kan kalo ga ada kerjaan bakalan keluar nih sedih-sedihnya. Lagian,
semua kerja sampingan gua tuh bisa dilakuin dengan bebas kok! Ya, palingan
cuman kerjaan Guru aja yang waktunya ga bisa main-main…”
“Terus, di sini
pada ngapain? Kok bisa tiba-tiba bilang kalo pada di Jakarta?” tanya Alif
mengalihkan topik.
“Gua lagi
dinas.” jawabku.
“Aku ngajar di
sini.” jawab Amel.
“Oh…kalo gua sih
karena lagi liburan.”
“Hah? Liburan?
Perasaan ini bukan waktu-waktunya libur panjang deh lif.” balasku.
Ia tertawa. “Ya,
ga lah. Ada sepupu gua yang nikahan. Rumah dia di sini.”
Aku dan Amel
spontan membentuk huruf o pada bibir kami.
“Eh Pink,”
panggil Alif, “tadi lu bilang kalo lu lagi dinas. Emang rumah lu di mana?”
“Jogja.”
“Kalo Amel
tinggal di sini?” tanya Alif pada Amel.
“Ga. Di sini
cuman ngajar.” jawab Amel.
“Terus? Tinggal
di mana?”
“Depok.”
“Hah? Jauh
banget mel! Kamu ngajar di sini tapi rumah kamu di Depok? Dari rumah berangkat
jam berapa?” tanyaku.
“Ga… Bukan
berangkat dari Depok. Rumahku emang di sana, tapi aku tinggal di rumah orang
tuaku kalo lagi ngajar. Jadi pulang seminggu sekali.”
“Terus, dari
rumah orang tua lu, lu berangkat ke sini gitu? tanya Alif.
“Iya.”
“Masih di Mega
Regency rumah orang tua lu?”
“Masih kok.”
Sunyi. Ada waktu
sekitar 1 menit tanpa suara di antara kami.
“Kalo Alif?”
tanya Amel pada Alif.
“Gua? Gua di…di
mana, ya?” candanya.
“Ah…kasih tau
napa…”
“Lu ga kasih
tau, gua begal loh!” candaku.
“Dih? Kok
kayaknya aku pernah denger kata-kata itu, ya?” gumam Amel.
“Itu loh
mel…kata-kata si Bayu.” sergah Alif.
“Kok lu masih
inget sih lif?!” tanyaku tak percaya.
“Masih dong.
Lah, lu sendiri kenapa masih inget?”
xxx-xxx-xxx-xxx-xxx
Sorry guys...gua ga bisa nge-publish cerbung ini sampe abis, soalnya nanti bakal ketauan deh aib2nya, hehe. Kalo bener2 mau baca kelanjutan ceritanya, dateng aja deh ke kelas gua di XI MIA 5. Gua tunggu, tapi ya...musti ada izin dulu pastinya ^^
Happy reading!
No comments:
Post a Comment