Sunday, January 25, 2015

[CERBUNG] Hafiiz: Part 2



“Apa sih lu? Nyerocos wae!”
“Waduh! Pinky jadi sensitif loh jadinya” sembur Acong tiba-tiba.
“Apaan?” kata Hafiiz saat sudah tiba di depan.
Aku tidak berani menatap matanya, maka kupalingkan wajahku ke tembok.
“Lu dipanggil Mr. Hakim tuh”
“Lah? Gimana gua mau ngomong? Gua kan ga ngerti Bahasa Inggris!”
“Kev, bantuin!” seruku pada Kevin tiba-tiba,
“Lah? Kok gua sih? Kan lu yang lebih jago”
“Udah…siapa aja yang penting ngebantuin kan? Kesian anak baru coy…”

“Ih! Kenapa ga lu aja sih? Lu kan lebih akrab sama dia”
Aku menghembuskan nafas berat. “Ya udah deh, gua ngalah. Awas lu ya, tunggu pembalasan gua!” ancamku pada Kevin.
Ia hanya cekikikan.
“Sir,” panggilku pada Mr. Hakim yang sedang asyik mengobrol dengan Melani, “He is the new student”
“Hello! What is your name?” sapa Mr. Hakim,
“Nama, Haf” bisikku pada Hafiiz,
“Oh iya” jawabnya, “My name is Hafiiz”
“What?”
“Hafiiz” ucapnya sekali lagi. Kali ini dengan sedikit penekanan.
“Haefees (pengucapan Bahasa Inggris)”
“No, Sir. Ha-fiiz” sambungku mencoba membantu Mr. Hakim
“Ha?”
“Ha-fiiz!” kataku dan Kevin hampir bersamaan
“OK. Haefees” ucap Mr. Hakim pasrah, “Your name is difficult”
“Really, Sir? I think the Chinese name is more difficult. For example is Xia Zhi Lan”
“Oh! That was more difficult! Haha” responsnya yang diakhiri dengan tawanya beserta tawaku.
“Udah, Haf. Lu boleh duduk lagi” kataku pada Hafiiz sambil menyunggingkan sedikit senyum. Saat aku melihat matanya, spontan aku kembali duduk. Wajahku memerah!
“Dih? Pinky wajahnya merah! Cie…” goda Kevin.
Aku diam tidak menjawab perkataan Kevin.
“Alif…”
Seperti biasa, curhat ke Alif…
“Apa?”
“Gua lagi mimpi, ya? Lu semua tuh ga nyata, ya?”
“Ga, lu lagi ga mimpi kok. Nih ya, gua cubit.”
Langsung ia mencubit punggung tanganku.
“Aduh! Sakit tauk!”
“Kan bener bukan mimpi…”
“Terus gimana dong?”
“Iya, gua tau. Hafiiz kan?”
“Ini mimpi buruk, lif!” pekikku tiba-tiba, “Gua bisa ga konsen belajar kalo gini caranya!”
“Santai aja… Lu mah terlalu dibawa serius. Anggap aja dia ga ada”
“Gimana mau gua anggap ga ada? Mukanya jelas keliatan banget gitu loh, ya. Kecuali kalo dia hantu, ya OK lah, kan bisa menghilang”
Alif melihat ke arah Hafiiz.
“Ih! Jangan ngeliat ke arah sana napa!”
“Oh, ya udah, ya udah. Maaf”
Aku menghembuskan nafas berat, “As my best friend…could you help me, please?” pintaku dengan sangat memohon,
“What?”
“How can I forget him! Argh, it’s been more difficult here! Nooo!!!”
TO BE CONTINUED

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...