Thursday, July 30, 2015

[CERBUNG] Hafiiz: Part 4



“Pinky, ngapain lu di sini?” tanya Teguh. Ternyata dia diam-diam menyusulku.
“Lu tanya “kenapa?”? Dafuq lu!” kataku sedikit membentak, “Ya, gara-gara lu tadi lah! Lu lagian bikin cerita yang nonsense banget sih. Bangke lu emang guh.” kataku sekali lagi sambil menunjuk ke arahnya.
Teguh mundur selangkah saat aku menatapnya dengan tatapan tajamku.
“Nanti kalo ketauan gimana? Kalo ketauan sama pembaca Blog gua yang lain gimana?”
“Oh iya, ya…” gumamnya pelan,
“Lu ga mikir dulu sih! Kalo ternyata orang yang hampir lu sebut namanya itu tadi buka Blog gua terus baca nama dia yang terpampang di cerita Hafiiz gua, gimana?”
“Ya, maaf. Gua pikir bisa gitu nambah-nambah cerita di Blog lu, Pink. Emang sih gua bikinnya ngasal.” balasnya sambil tertawa lebar.

Aku hanya tersenyum sinis sambil menggelengkan kepala.
Kupikir, dia sedang tidak mengikutiku tadi. Karena tujuanku dengannya berbeda. Aku ke Perpustakaan sedangkan dia ke Kantin.

Di Perpustakaan…
            Aku merebahkan seluruh tubuhku dengan kedua tangan sebagai tumpuan. Rasanya lega sekali! Seperti semua bebanku lenyap.
Tak berapa lama setelah aku merebahkan diri, aku pun memejamkan mata. Suasana yang sangat sunyi di Perpustakaan sungguh menenangkanku. Di ketenangan mata yang dipejamkan, aku kembali teringat pada Teguh. Spontan aku membuka mata dan memukul lantai dengan tangan kananku. Tidak peduli kalau keseimbanganku akan hilang.
Aku berusaha menahan amarah. Semua kejadian-kejadian tidak mengenakan mulai terlintas di benakku satu demi satu. Nafasku pun makin tersengal-sengal seperti orang yang baru saja mengikuti lomba maraton.

Beberapa menit kemudian…
            “Eh? Kevin? Ngapain lu di sini?” tanyaku.
Kevin mendadak sedang duduk di tangga depan Perpustakaan.
“Gua lagi nungguin Bima sama Raka.” jawabnya.
“Hah? Terus, ngapain lu duduk di sini?”
“Lagi pengen aja duduk di sini.”
“Oh, gitu.”
“Kevin, ayo.” panggil Bima tiba-tiba. Terlihat Raka yang berdiri di sampingnya.
Aku diam memandangi mereka.
“Udah?” tanya Kevin.
“Udah.”
“Lu ngapain di sini Pink?”
Aku terlonjak kaget.
“Oh lu lif. Gua kira siapa. Ga kok, gua ga abis ngapa-ngapain.”
“Oh. Ya udah, gua mau ke Koperasi bentar, ya. Lu mau ikut ga?”
“Eh? Ikut!”
Dan pada akhirnya aku pun mengikutinya.

Di Koperasi…
            “Eh, ada Amel.” kata Alif.
“Alif! Pinky!” balasnya sambil melambaikan tangan.
Aku pun ikut melambaikan tangan.
Sementara Alif sibuk dengan urusanya, begitu pula dengan Amel, aku pun membeli 1 cup Teh Gelas sambil menunggu mereka selesai.
Melihat sekeliling membuatku ingat akan kenangan saat pertama kali memasuki sekolah ini.
Ah, aku jadi tidak sabar untuk segera melaksanakan demonstrasi esktrakurikuler! batinku antusias.
“Pink, ayo!” panggil Alif.

HAFIIZ: SPESIAL TRIO TOKEK

Minggu, 16 April 2017
PINKY…
To: Amel FH;Alif
From: Pinky
Oi cuy! Besok yg pada semangat, ya! ^^
Messages sent!

From: Amel FH
To: Pinky
Siap pinky !

From: Alif
To: Pinky
Iya iya. Yaelah, lu udah mw UN tapi masih bisa smsan.

To: Alif
From: Pinky
Oh iya dong, kan demi Trio Tokek. Hehe.
Udah ya, gua mau belajar.
Messange sent!

AMEL…
Senin, 17 April 2017
            Hari ini hari pertama UN dilaksanakan. Gugup pun tak luput dari diriku. Seperti biasa, akulah orang pertama yang sampai.
Kubuka buku catatan Bahasa Indonesiaku, sampai tak berapa lama kemudian kudengar suara langkah kaki menuju ruang sebelah.
Langsung kubawa bukuku dan lari ke luar menghampiri.
“Pinky!” panggilku.
Ia menengok, “Amel!” balasnya. Ada sedikit pekikan antara kami berdua.
“Gimana? Pinky udah siap?”
“Alhamdulillah. Sisanya tinggal belajar lagi dan berserah diri sama Allah. Kalo kamu gimana?”
“Ini,” jawabku sambil menunjukkan buku tulis Bahasa Indonesia, “lagi belajar.”
“Bagus! Bagus!” balasnya sambil mengacungkan kedua ibu jari tangannya. “Ya udah, aku masuk kelas dulu, ya.”
“Iya.”

ALIF…
Selasa, 18 April 2017
            Aku datang lebih pagi agar dapat belajar lagi sebelum ujian. Hari ini adalah hari UN Bahasa Inggris dan Fisika. Seperti halnya kemarin, aku ingin meraih hasil yang maksimal untuk pelajaran Matematika dan Fisika.
            Saat hendak memasuki kelas, kudapati Erik berada di depan pintu. Tanpa memedulikannya, kulewati dia tanpa berkata apapun.
Kuletakkan tasku dan kulepas jaketku. Lalu, kukeluarkan buku catatan Bahasa Inggrisku.
Bahasa Inggris… Pinky. Aku jadi teringat padanya.
Tak sengaja kusunggingkan sedikit senyumku. Dia pernah bilang kalau ia sangat terobsesi dengan Bahasa Inggris.
Dan bahkan sekarang pun aku teringat dengan Trio Tokek.
Kufokuskan kembali pikiranku pada buku catatan yang sedari tadi tak kunjung kubuka.
“Ateng!”
Aku menengok. Ternyata Amel dan Pinky.
“Semangat, ya!” kata Amel sambil tersenyum lebar.
Aku hanya mengangguk sambil ikut tersenyum lebar.
“Pinky, entar kalo gua calling jangan di-reject, ya.” ucapku. Entah mengapa kalimat itu tiba-tiba terlintas di benakku.
Pinky tertawa terbahak-bahak setelah sebelumnya terdiam sejenak.
Ia memasuki ruanganku.
Maklum, aku ada di ruang 02, sedangkan Amel di ruang 03, dan Pinky di ruang 04.
“Lu ga sakit kan?” tanyanya sambil menatapku heran. Di tangannya terdapat buku Bahasa Inggris yang tidak ingin kuketahui isinya.
Amel mengikuti.
“Ga kok.”
“Tumben amat lu bilang kayak gitu ke gua. Biasanya kan gua yang bilang kayak gitu.
“Ateng belajar?” tanya Amel.
“Iya nih lagi belajar.” jawabku santai.
“Iya, tau dahh yang anak MIA 1 mah…” celetuk Pinky.
“Gua anak bokap-nyokap gua.”
“Ya…iyalah, whatever!”
Amel tertawa singkat.

AMEL…
Rabu, 19 April 2017
            Hari ini adalah hari terakhir UN. Mata pelajaran yang diujikan adalah Kimia dan Biologi. Ah, aku jadi teringat kata-katanya Alif kemarin.
“Eh, tanggal lahirnya Amel 19, ya? Berarti cuman beda satu angka dong sama gua?”
Aku tahu, mereka pasti ingin mengerjaiku. Haha.

Jam istirahat…
            Alif dan Pinky terlihat sedang mengobrol. Karena kurasa perbincangannya seru, maka aku pun menghampiri mereka.
“Lagi ngomongin apa sih?” tanyaku mendadak.
“Ga…ini loh, aku lagi nanya ke Alif dia mau kuliah ke mana abis ini.”
“Oh… Terus, Alif mau ke mana?”
“Tauk tuh! Katanya nanti dikabarin kalo udah masuk.” jawab Pinky.
“Kalo lu mau ke mana, mel?” tanya Alif.
“Rahasia lah…”
“Ah, lu bedua pada maennya rahasiaan nih! Ga seru. Gua aja udah ngasih tau kok kalo mau ke MMTC Yogya.” omel Pinky.
Aku dan Alif hanya tertawa kecil.
Ah, mungkin mereka sedang pura-pura tidak ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunku.

PINKY…
Jam pulang sekolah…
            “Alhamdulillah! Akhirnya UNnya kelar juga!” teriakku sambil meregangkan tubuh.
“Eh? Si Alif mana, ya? Entar keburu si Amel pulang, pula!”
“Woy!”
“Mati lu! Astagfirullah aladzhim!” sontakku kaget, “Alif!” omelku.
Ia hanya tertawa, dan tawa itu cukup menyebalkan.
“Ya udah yuk! Entar Amel keburu dateng. Eh, BTW, lu tuh udah keluar dari tadi, ya?”
“Iya lah.”

7 tahun kemudian…
Jumat, 29 November 2024
            “Pinky!!!” panggil Amel.
“Amel!!!”
Kami berdua pun saling berpelukan.
“Ya ampun, mel! Kamu makin tinggi aja sekarang!”
“Kamu juga udah banyak berubah! Kamu ganti gaya rambut, ya?” tanyanya.
“Iya dong… Kan 2024. Masa gaya rambutku masih sama kayak 7 tahun yang lalu? Cocok ga?”
“Cocok kok! Kamu pinter milih gaya rambut!”
Sementara kami saling senyum, ada seseorang berdiri di belakang Amel. Laki-laki.
“Mel!” ucapku tiba-tiba.
Tanganku memang memegang tangannya Amel, tapi pandanganku tetap tertuju pada laki-laki tersebut.
Amel menengok ke belakang. Ia mengernyitkan dahi.
“Aku ga salah liat kan mel?” tanyaku sambil mengerjap sekali.
“Alif, ya?” tanya Amel setelah selesai menganalisisnya.
Ia tersenyum lebar. “Kok Amel tau?” tanya Alif pada Amel.
Spontan aku dan Amel sama-sama membelalakkan mata.
“Alif?!” tanya kami hampir bersamaan.
“Lu seriusan Alif?!” tanyaku.
“Ateng?!” tanya Amel.
“Iya, gua Alif.”
“Gua ga percaya! Coba. Nama gua siapa?” tanyaku pada Alif.
“Pinky.”
“Nama panjang.”
“Pinky Nur Azizah.”
“Kalo dia?”
“Amelia Fildza Habibah.”
“Lu seriusan Alif!” sorakku yang diikuti sorakkan Amel.
“Kenapa? Gua tambah ganteng, ya?”
“Iya.” jawabku.
“Lebih dari ganteng.” jawab Amel.
            Beberapa menit kemudian, kami telah berkeliling pantai sampai perut sudah hampir sakit rasanya karena tawa yang terbahak-bahak. Amel yang paling antusias. Ia selalu berada di depan, sudah berlari duluan. Alif biasanya di belakang karena jalannya paling santai. Sedangkan aku ya rata-rata. Itu karena aku membawa Kamera SLR, jadi saat memotret posisiku bisa di mana saja.
            Banyak foto yang kuambil. Ada foto Amel yang terbahak-bahak sambil berlari, Amel dan Alif berdua, Alif yang mencipratkan air dengan kakinya, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kami juga ber-groovie ria, memakai ponselnya Amel dan ponselku.
            Tiba saatnya matahari terbenam. Kami duduk bersama dengan posisi aku di kiri, Amel di tengah, dan Alif di kanan.
(Lagu Rekomendasi: TVXQ!-Before U Go)
Sambil memandanginya, kami pun memulai obrolan santai.
“Lu berdua pada kerja jadi apaan?” tanyaku membuka pembicaraan.
“Aku guru Seni Budaya,” jawab Amel, “tapi juga merangkap jadi Pengusaha Butik Muslim sih.”
“Kalo gua sih Direktur Operasional Bank.”
“Kalo Pinky?” tanya Amel padaku.
“Ya, tau lah. Multimedia Designer,” jawabku, “tapi juga merangkap sebagai Blogger, Fotografer Lepas, sama Guru Privat Bahasa Inggris Online.”
“Ya ampun, Pink. Lu ngambil kerja sampingan banyak banget, coba.” respon Alif.
“Oh, iya dong. Soalnya gua kan kalo ga ada kerjaan bakalan keluar nih sedih-sedihnya. Lagian, semua kerja sampingan gua tuh bisa dilakuin dengan bebas kok! Ya, palingan cuman kerjaan Guru aja yang waktunya ga bisa main-main…”
“Terus, di sini pada ngapain? Kok bisa tiba-tiba bilang kalo pada di Jakarta?” tanya Alif mengalihkan topik.
“Gua lagi dinas.” jawabku.
“Aku ngajar di sini.” jawab Amel.
“Oh…kalo gua sih karena lagi liburan.”
“Hah? Liburan? Perasaan ini bukan waktu-waktunya libur panjang deh lif.” balasku.
Ia tertawa. “Ya, ga lah. Ada sepupu gua yang nikahan. Rumah dia di sini.”
Aku dan Amel spontan membentuk huruf o pada bibir kami.
“Eh Pink,” panggil Alif, “tadi lu bilang kalo lu lagi dinas. Emang rumah lu di mana?”
“Jogja.”
“Kalo Amel tinggal di sini?” tanya Alif pada Amel.
“Ga. Di sini cuman ngajar.” jawab Amel.
“Terus? Tinggal di mana?”
“Depok.”
“Hah? Jauh banget mel! Kamu ngajar di sini tapi rumah kamu di Depok? Dari rumah berangkat jam berapa?” tanyaku.
“Ga… Bukan berangkat dari Depok. Rumahku emang di sana, tapi aku tinggal di rumah orang tuaku kalo lagi ngajar. Jadi pulang seminggu sekali.”
“Terus, dari rumah orang tua lu, lu berangkat ke sini gitu? tanya Alif.
“Iya.”
“Masih di Mega Regency rumah orang tua lu?”
“Masih kok.”
Sunyi. Ada waktu sekitar 1 menit tanpa suara di antara kami.
“Kalo Alif?” tanya Amel pada Alif.
“Gua? Gua di…di mana, ya?” candanya.
“Ah…kasih tau napa…”
“Lu ga kasih tau, gua begal loh!” candaku.
“Dih? Kok kayaknya aku pernah denger kata-kata itu, ya?” gumam Amel.
“Itu loh mel…kata-kata si Bayu.” sergah Alif.
“Kok lu masih inget sih lif?!” tanyaku tak percaya.
“Masih dong. Lah, lu sendiri kenapa masih inget?”
xxx-xxx-xxx-xxx-xxx
Sorry guys...gua ga bisa nge-publish cerbung ini sampe abis, soalnya nanti bakal ketauan deh aib2nya, hehe. Kalo bener2 mau baca kelanjutan ceritanya, dateng aja deh ke kelas gua di XI MIA 5. Gua tunggu, tapi ya...musti ada izin dulu pastinya ^^
Happy reading!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...